News

Batujajar: Asal-Usul Nama dan Kisah di Baliknya

Azis - Monday, 11 August 2025 | 04:16 PM

Background
Batujajar: Asal-Usul Nama dan Kisah di Baliknya

INFOKBB.ID - Batujajar. Dengar namanya saja, mungkin yang terbayang di kepala kita langsung dua hal: entah itu nama tempat di Bandung Barat yang terkenal dengan markas militernya, atau mungkin sekadar mendengar lantunan nada Sunda yang khas, “Batu Jajar”. Tapi pernahkah kalian iseng, barang sedetik dua detik, mikir, “Kok bisa sih namanya Batujajar? Ada apa dengan batunya? Terus, kenapa harus dijajarin?”

Jangan kaget, di Indonesia ini, apalagi di tatar Sunda yang terkenal mistisnya dan kekayaan alamnya, nama sebuah tempat itu seringkali nggak kaleng-kaleng. Selalu ada kisah di baliknya, entah itu legenda yang bikin merinding, peristiwa bersejarah yang heroik, atau sekadar penanda alam yang punya keunikan tersendiri. Batujajar ini, tentu saja, masuk dalam kategori itu.

Secara harfiah, "Batujajar" jelas banget artinya: batu yang berjejer, atau tersusun rapi. Nah, poinnya ada di "berjejer" ini. Bukan cuma satu batu gede nangkring, tapi ada beberapa yang berderet. Ini yang bikin penasaran, apakah jejerannya itu alami atau ada campur tangan "tangan tak terlihat" alias kekuatan di luar nalar kita?

Menguak Tabir di Balik "Batu Jajar"

Bandung Barat, dengan lanskapnya yang berbukit-bukit dan dikelilingi deretan pegunungan, memang ladang subur buat batuan. Dari yang kerikil biasa sampai bongkahan raksasa, semua ada. Maka wajar kalau banyak nama tempat di sini yang pakai embel-embel "batu", seperti Batununggal, Batu Karut, dan tentu saja, Batujajar.

Namun, yang bikin Batujajar ini punya daya tarik tersendiri adalah "jajar"-nya itu. Konon katanya, dari mulut ke mulut, dari kakek ke cucu, cerita mengenai asal-usul nama ini erat kaitannya dengan sebuah fenomena alam yang luar biasa, atau bahkan, sentuhan mistis dari para karuhun (leluhur).

Versi Legenda: Ketika Alam Bertutur

Salah satu versi yang paling sering terdengar, dan ini yang paling bikin imajinasi kita melayang-layang, adalah tentang sebuah kejadian di masa lampau yang jauh, entah kapan tepatnya. Bayangkan saja, di zaman dulu kala, ketika manusia masih hidup berdampingan erat dengan alam, dan setiap bukit, pohon, atau batu punya ruhnya sendiri.

Alkisah, di daerah yang kini kita kenal sebagai Batujajar, ada sebuah area yang dianggap sakral. Bukan tanpa sebab, di sana terdapat deretan batu-batu besar yang posisinya aneh bin ajaib: berjejer rapi, seolah ada yang sengaja menatanya. Padahal, deretan batu itu murni bentukan alam. Tapi, ya, namanya juga manusia zaman dulu, kan? Otak-atik dikit, dikaitkan dengan hal-hal magis, jadilah legenda.

Konon, deretan batu ini dulunya adalah tempat berkumpulnya para sesepuh atau spiritualis di wilayah tersebut. Mereka menggunakan lokasi itu sebagai tempat bermusyawarah, bersemadi, atau bahkan melakukan upacara-upacara adat penting. Batu-batu yang berjejer itu dijadikan semacam "bangku" atau "penanda batas" area sakral mereka. Ada yang bilang, deretan batu itu adalah bekas tapak raksasa yang lewat, atau sisa-sisa alat pertarungan dewa-dewi yang jatuh ke bumi. Mana yang paling masuk akal? Terserah kalian mau percaya yang mana, pokoknya seru!

Versi lain lagi menceritakan bahwa deretan batu ini adalah penanda penting saat terjadi banjir besar dari Sungai Citarum, yang dulu belum ada Waduk Saguling apalagi Cirata. Di masa itu, Citarum adalah sungai raksasa yang kadang ganasnya minta ampun. Nah, deretan batu ini diyakini sebagai batas air tertinggi yang pernah dicapai banjir, atau bahkan sebagai "benteng" alami yang menahan laju air. Makanya, warga sekitar menjadikannya patokan, "oh, batasnya sampai batu yang berjejer itu".

Versi Pragmatis: Landmark Sejak Dulu Kala

Selain legenda yang bikin bulu kuduk merinding (atau setidaknya bikin senyum-senyum sendiri), ada juga versi yang lebih "membumi" dan realistis. Bahwa nama Batujajar itu muncul begitu saja karena memang di lokasi tersebut, ada sebuah formasi batu yang unik dan mencolok mata: batuan yang berjajar. Sesimpel itu.

Di zaman dulu, sebelum ada Google Maps apalagi GPS, penamaan tempat itu seringkali diambil dari ciri khas alam di sekitarnya. Kalau ada pohon beringin gede, jadi Beringin. Kalau ada tanjakan yang bikin ngos-ngosan, jadi Tanjakan Cinta (eh, itu mah di gunung ya). Nah, Batujajar ini ya karena ada batu yang jejer. Fungsi batuan ini bisa macam-macam, bisa jadi penanda jalan bagi para musafir, bisa jadi titik kumpul para pedagang, atau bahkan cuma sekadar "patokan" ketika ada yang bertanya, "Rumah si Nining di mana?" Jawabnya, "Lewat Batujajar dikit, belok kiri."

Keberadaan Waduk Saguling yang kini menjadi ikon Batujajar, sebenarnya juga tidak jauh-jauh dari "batu" dan "jajar" ini. Wilayah Batujajar memang didominasi oleh topografi yang berbatu, bukit-bukit kapur, dan lereng-lereng curam. Jadi, sangat mungkin formasi batu berjajar itu dulunya sangat menonjol di tengah lanskap alami tersebut.

Batujajar Kini: Dari Legenda ke Realitas

Dari cerita-cerita di atas, bisa kita tarik benang merahnya. Entah karena fenomena alam yang unik, legenda mistis, atau hanya sekadar penanda geografis, yang jelas, nama Batujajar itu sudah mengakar kuat sejak dulu kala. Nama ini bukan cuma sekadar label, tapi juga mengandung jejak sejarah dan keunikan wilayahnya.

Hari ini, Batujajar mungkin lebih dikenal dengan Camp Pusdiklatpasus Kopassus, hiruk pikuk pasar tradisionalnya, atau jalur wisata menuju Waduk Saguling yang menawarkan pemandangan sunset memukau. Mungkin banyak penduduk baru atau bahkan anak muda setempat yang nggak begitu paham detail sejarah nama kampung halamannya. Tapi, inilah asyiknya ngulik asal-usul nama tempat: bikin kita sadar kalau di balik kesibukan modern, ada lapisan sejarah yang kadang terlupakan.

Meski tidak sepopuler nama-nama tempat yang punya kisah heroik peperangan atau mitos dewa-dewi, asal-usul nama Batujajar dengan deretan batunya ini punya pesona tersendiri. Ini mengingatkan kita bahwa alam itu punya ceritanya sendiri, dan manusia zaman dulu adalah pendongeng ulung yang mampu melihat makna di setiap detail lanskap.

Jadi, lain kali kalau kalian lewat Batujajar, entah itu mau mancing di Saguling, atau cuma numpang lewat, coba deh bayangkan. Mungkin di balik kepadatan lalu lintas dan deretan toko modern, ada jejak-jejak batu yang berjejer rapi, menyimpan kisah-kisah bisikan masa lalu yang hanya bisa kita dengar jika kita mau sedikit saja berhenti, dan mendengarkan.

Siapa tahu, dengan sedikit imajinasi, kalian bisa melihat deretan batu itu "berbicara", menceritakan kembali bagaimana mereka menjadi saksi bisu dari zaman ke zaman, hingga akhirnya nama Batujajar itu melekat dan abadi. Sebuah nama yang sederhana, namun sarat akan misteri dan keunikan alamnya.