Semesta Berencana: Hujan Pagi di Bandung 11 September
Selvi - Thursday, 11 September 2025 | 08:09 AM


INFOKBB.ID - Pagi, tanggal 11 September. Seharusnya, ya, seharusnya Bandung masih bermandikan mentari pagi yang malu-malu, menghangatkan udara yang masih agak dingin sisa semalam. Kicau burung mungkin jadi alarm alami, dan aroma gorengan dari warung pojok mulai menggoda iman. Harusnya. Tapi ternyata, semesta punya rencana lain yang sedikit bikin kita mengernyitkan dahi, atau malah auto senyum tipis bagi sebagian orang yang memang demen hujan.
Hujan. Ya, hujan pagi. Bukan cuma gerimis manja yang cuma numpang lewat, tapi hujan yang cukup deras, merata di berbagai penjuru kota kembang. Dari yang awalnya cuma rintik-rintik genit menampar kaca jendela, lama-lama volumenya naik, berubah jadi simfoni air yang memenuhi seantero kota. Suara gemericik di genteng, percikan air di aspal, sampai aroma tanah basah yang khas langsung semerbak. Vibes-nya langsung berubah 180 derajat.
Bagi sebagian orang, terutama kaum rebahan yang punya jadwal fleksibel, hujan pagi macam ini jelas adalah berkah. Selimut auto jadi sahabat setia, secangkir kopi atau teh hangat jadi ritual wajib, dan suasana adem begini bikin mood healing jadi paripurna. Bawaannya pengen mager, gabut, ditemani suara rintik yang bikin mata auto ngantuk. Enak betul! Tapi, ya, tidak semua orang seberuntung itu. Hidup kan memang harus terus berjalan, mau hujan badai sekalipun.
September yang Agak di Luar Nalar
Yang bikin hujan pagi ini jadi perbincangan hangat, atau paling tidak jadi gumaman ringan, adalah faktor tanggalnya. September, kawan-kawan! Bulan ini secara umum masih masuk kategori musim kemarau di Indonesia, termasuk Bandung. Seharusnya, langit itu cerah membiru, matahari bersinar gagah tanpa halangan awan mendung. Paling kalaupun ada hujan, mungkin sore hari, itupun cuma sesekali. Tapi ini? Pagi-pagi buta sudah diguyur, seperti di bulan Januari saja. Agak di luar nalar, bukan?
Fenomena ini tentu saja memunculkan berbagai spekulasi. Ada yang bilang ini efek perubahan iklim, bumi sedang tidak baik-baik saja. Ada yang menghubungkan dengan pergeseran musim. Ada juga yang cuma nyengir, "Ah, Bandung mah emang gitu, suka tiba-tiba." Entah mana yang benar, tapi satu hal yang pasti, hujan pagi di 11 September ini sukses bikin sebagian agenda jadi berantakan, atau paling tidak, butuh adaptasi ekstra.
Bayangkan saja, para komuter yang sudah siap gaspol dengan motornya. Jas hujan yang seharusnya selalu sedia payung sebelum hujan, eh, malah lupa disimpan di mana. Atau payung yang niatnya mau melindungi, ternyata ditinggal di meja dapur. Alhasil, banyak yang terpaksa mencari perlindungan di halte bus atau bawah kanopi toko, menunggu hujan reda sambil celingukan melihat genangan air yang mulai terbentuk. Aplikasi ojek online langsung kebanjiran orderan, tapi karena hujan, driver juga jadi rebutan. Harga pun langsung meroket, bikin dompet auto nangis tipis-tipis.
Belum lagi para pedagang kaki lima yang biasanya sudah sibuk menata dagangannya sejak subuh. Aroma kopi dan roti bakar yang seharusnya sudah semerbak, tertahan di balik terpal. Gorengan yang biasanya jadi incaran sarapan, harus rela agak lama menanti pembeli yang terhambat hujan. Pokoknya, pagi itu Bandung seolah menunda sejenak ritme khasnya, memberikan jeda paksa bagi semua penghuninya.
Secangkir Kopi dan Renungan di Balik Rintik
Tapi, di balik segala keruwetan dan drama pagi itu, hujan juga punya sisi melankolisnya sendiri. Sisi yang seringkali bikin orang Bandung jadi makin baper, makin mellow. Udara dingin yang menusuk tulang, dipadukan dengan pemandangan kota yang basah, seringkali jadi inspirasi. Banyak kedai kopi yang mendadak jadi ramai, bukan cuma karena orang cari kehangatan, tapi juga cari suasana. Ngopi sambil mandangin rintik hujan dari balik kaca jendela, dengerin playlist lagu-lagu indie yang mendayu, rasanya kayak lagi syuting video klip. Cocok buat yang lagi overthinking, atau sekadar ingin menikmati momen.
Solidaritas kecil-kecilan juga sering terlihat di kala hujan. Ada yang rela berbagi payung, ada yang menawarkan tumpangan singkat, atau sekadar senyum simpati kepada mereka yang basah kuyup. Terkadang, momen-momen seperti ini justru memperlihatkan sisi kemanusiaan yang lebih hangat, di tengah dinginnya udara dan derasnya hujan. Membuat kita sadar bahwa di tengah kesibukan kota, masih ada ruang untuk saling peduli, meskipun hanya sejenak.
Hujan pagi di bulan September ini mungkin hanya sebuah anomali cuaca. Sebuah pengingat bahwa alam punya kehendaknya sendiri, yang kadang di luar prediksi kita. Ini juga bisa jadi sinyal bagi kita untuk lebih peka terhadap perubahan lingkungan, dan mungkin, sedikit lebih bersahabat dengan alam. Atau setidaknya, rajin-rajin cek aplikasi prakiraan cuaca biar enggak kaget kalau besok pagi tiba-tiba diguyur lagi.
Ending yang Menghangatkan (atau Melegakan)
Setelah beberapa jam mengguyur, sekitar pukul 9 atau 10 pagi, hujan akhirnya mulai mereda. Langit yang tadinya kelabu perlahan menampakkan semburat birunya. Matahari mulai mengintip dari balik awan, mencoba mengeringkan jalanan yang basah. Orang-orang mulai melanjutkan aktivitasnya dengan semangat yang sedikit berbeda. Ada yang lega karena bisa melanjutkan perjalanan tanpa basah kuyup lagi, ada yang malah rindu suasana hujan yang baru saja pergi.
Bandung memang selalu punya cerita. Kota ini punya cara sendiri untuk membuat penghuninya betah, bahkan dengan segala kejutan cuacanya. Hujan pagi di 11 September ini hanyalah salah satu babak dari sekian banyak cerita yang ditawarkan. Sebuah pagi yang membuat kita sedikit berhenti sejenak, merenung, atau sekadar menikmati secangkir kopi hangat sambil bersyukur atas berkah yang kadang datang tak terduga. Dan seperti biasa, setelah hujan, akan selalu ada pelangi, atau setidaknya, harapan akan hari yang lebih cerah.***
Next News

BMKG Umumkan Prakiraan Cuaca Pada Rabu: Bandung dan Sekitarnya Berpotensi Hujan Lebat
in 3 hours

Sempat Unggul, Indonesia U-17 Akhirnya Kalah dari Zambia di Qatar
in 3 hours

Uilliam Barros Panaskan Semangat PERSIB Jelang Duel Kontra Selangor FC di Malaysia
in 2 hours

Optimistis Jelang Duel Lawan Selangor FC, Thom Haye: Atmosfer Tim Sangat Luar Biasa!
a day ago

Netizen Murka! 5 Pelaku Penganiayaan di Masjid Agung Sibolga Viral di Medsos
a day ago

Malam Puncak Mojang Jajaka Bandung Barat 2025, Pesona Budaya Sunda Memikat Penonton
a day ago

Jadwal SIM Keliling Bandung Barat - Cimahi Hari ini, Selasa 4 November 2025
a day ago

Disiplin Jadi Taruhan! ASN yang Bolos Kerja Terancam Dipecat dan Tak Dapat Tunjangan
2 days ago

Tiket Bobotoh Habis! Laga PERSIB vs Selangor FC Dipastikan Penuh Suporter
2 days ago

Pemkab Bandung Barat Tegaskan Komitmen Antikorupsi, Gerakan Bersih Dimulai dari Desa
3 days ago


