News

Jejak Kenangan 14 Agustus: Hari Pramuka Tiba!

Selvi - Thursday, 14 August 2025 | 08:40 AM

Background
Jejak Kenangan 14 Agustus: Hari Pramuka Tiba!

INFOKBB.ID - Setiap tanggal 14 Agustus tiba, entah kenapa ingatan kita auto-kembali ke masa lalu. Aroma lapangan upacara yang baru diguyur embun pagi, deretan seragam cokelat muda-cokelat tua yang rapi jali, atau mungkin suara peluit komandan regu yang melengking membelah udara. Ya, 14 Agustus adalah Hari Pramuka. Hari di mana kita mengenang (atau mungkin sedikit mengutuk, tapi tetap sayang) semua pengalaman yang pernah kita lalui di bawah kibaran bendera WOSM dan panji Tunas Kelapa.

Bagi sebagian orang, Pramuka mungkin cuma sekadar ekstrakurikuler wajib yang bikin pegal punggung karena harus upacara berjam-jam di tengah terik matahari. Tapi, bagi banyak dari kita, Pramuka itu lebih dari sekadar baris-berbaris atau tepuk-tepuk tangan yang nggak jelas artinya. Ia adalah kawah candradimuka, tempat kita digembleng, dibentuk, dan diajari banyak hal yang (secara mengejutkan) ternyata berguna sampai sekarang.

Asal Muasal Tunas Kelapa Itu Menancap di Tanah Air

Sebelum kita larut dalam nostalgia atau mungkin sedikit cringe mengingat betapa polosnya kita dulu, mari kita ulik sedikit sejarahnya. Kenapa sih 14 Agustus? Tanggal ini dipilih karena pada 14 Agustus 1961, Presiden Soekarno secara resmi melantik Majelis Pimpinan Nasional Gerakan Pramuka. Momen itu sekaligus menandai penyatuan berbagai organisasi kepanduan di Indonesia menjadi satu wadah besar yang kita kenal sekarang: Gerakan Pramuka Indonesia.

Bayangkan saja, dulu itu ada banyak banget organisasi kepanduan, dari yang bernuansa agama sampai kedaerahan. Nah, biar solid dan punya visi yang sama untuk membangun karakter bangsa, Soekarno memutuskan untuk menyatukan semuanya. Sebuah langkah cerdas, sejujurnya. Tujuannya mulia, yakni membentuk generasi muda yang mandiri, disiplin, berjiwa ksatria, dan tentu saja, cinta tanah air. Nggak cuma omong kosong, lho, filosofi di balik Dasa Dharma dan Trisatya itu sungguh mendalam.

Bukan Hanya Simpul Mati atau Tenda Kemping

Oke, kita semua tahu Pramuka itu identik dengan kemping, tali-temali, sandi morse, atau PBB (Peraturan Baris-Berbaris). Tapi, kalau cuma itu, Pramuka nggak akan bisa bertahan puluhan tahun dan jadi gerakan kepemudaan terbesar di dunia. Esensi Pramuka jauh melampaui itu semua. Ia adalah pendidikan karakter yang sesungguhnya.

Di Pramuka, kita belajar tentang kemandirian. Pernah kemping tanpa bawa kompor atau alat masak yang memadai? Pasti langsung mikir gimana caranya bikin api unggun biar bisa masak mie instan, kan? Nah, itu salah satu bentuknya. Kita dipaksa untuk berpikir kreatif, problem-solving, dan nggak gampang nyerah. Belajar mendirikan tenda di tengah guyuran hujan, misalnya, itu melatih kesabaran dan kerja sama tim yang nggak main-main.

Lalu, ada soal kepemimpinan dan tanggung jawab. Siapa yang pernah jadi ketua regu atau bahkan Pratama? Pasti pernah ngerasain gimana rasanya harus mikirin nasib anggota lain, memimpin mereka, memastikan semuanya jalan sesuai rencana. Itu modal yang penting banget buat bekal hidup di masa depan, entah itu jadi manajer proyek atau cuma ketua RT sekalipun. Konsep Dasa Dharma, yang mengajarkan kita tentang ketaqwaan, cinta alam, patriotisme, tolong-menolong, sampai berani dan bertanggung jawab, itu bukan cuma hafalan di luar kepala, tapi (seharusnya) jadi pedoman hidup.

Pahit Manisnya Pengalaman di Balik Kacu Merah Putih

Tentu saja, Pramuka itu nggak melulu tentang hal-hal ideal nan mulia. Ada juga sisi 'kerasnya' yang bikin kita kadang geleng-geleng kepala. Misalnya, upacara yang nggak ada habisnya, dari apel pagi sampai apel penutupan, yang kadang bikin kaki gempor dan perut keroncongan. Atau, momen disuruh bikin simpul tapi hasilnya malah jadi benang ruwet yang nggak jelas. Belum lagi, kalau pas kegiatan di luar, ketemu serangga aneh atau harus makan bekal dengan lauk seadanya.

Tapi ya sudahlah, semua itu jadi bumbu penyedap yang bikin Pramuka jadi pengalaman tak terlupakan. Jujur saja, siapa yang nggak kangen masa-masa rebutan mie instan di kemping, nyanyi lagu-lagu Pramuka sambil jalan kaki berkilo-kilometer, atau cerita-cerita horor pas api unggun yang bikin merinding tapi nagih? Itu semua adalah bagian dari proses pendewasaan yang (mungkin) nggak akan kita dapatkan di bangku kelas.

Pramuka juga jadi jembatan pertemanan. Bayangkan saja, dari berbagai latar belakang sekolah atau daerah, kita disatukan dalam satu regu, satu gugus depan. Interaksi itu secara nggak langsung melatih kita untuk beradaptasi, menghargai perbedaan, dan membangun persahabatan yang kadang langgeng sampai dewasa. Dari Pramuka, kita belajar gotong royong, bukan cuma teori di buku pelajaran, tapi praktik nyata di lapangan.

Relevansi Pramuka di Era Digital: Masih Perlukah?

Di era serbadigital seperti sekarang, di mana anak-anak muda lebih asyik main gadget dan mager di rumah, apakah Pramuka masih relevan? Mungkin ada benarnya kalau ada yang bilang Pramuka perlu 'upgrade' dan beradaptasi. Tapi, intinya, nilai-nilai dasar yang ditanamkan Pramuka – kemandirian, disiplin, kepemimpinan, tanggung jawab sosial, cinta lingkungan – itu nggak akan pernah kadaluarsa. Bahkan, justru makin relevan.

Bayangkan saja, di tengah banjir informasi dan disinformasi, Pramuka mengajarkan kita untuk berpikir kritis. Di tengah individualisme yang merebak, Pramuka mendorong kita untuk peduli sesama. Di tengah godaan konsumerisme, Pramuka mengajarkan kesederhanaan. Ini semua adalah bekal yang nggak ternilai harganya untuk membentuk generasi muda yang tangguh, bukan cuma jago di dunia maya, tapi juga punya kaki yang kokoh menapak di bumi.

Pramuka mungkin perlu lebih melek teknologi, memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan semangatnya, atau mengadakan kegiatan yang lebih kekinian tanpa meninggalkan esensinya. Tapi, selama Tunas Kelapa masih berdiri tegak sebagai lambangnya, dan Dasa Dharma masih jadi pegangan, Gerakan Pramuka akan terus jadi salah satu pilar penting dalam pembentukan karakter anak bangsa. Jadi, di Hari Pramuka ini, mari kita kenang, apresiasi, dan dukung terus gerakan yang satu ini. Salam Pramuka!***