News

Analisis BMKG: Sesar Lembang Bisa Timbulkan Gempa Ringan hingga Sedang

Azis - Monday, 20 October 2025 | 08:04 AM

Background
Analisis BMKG: Sesar Lembang Bisa Timbulkan Gempa Ringan hingga Sedang

INFOKBB.ID - Aktivitas tektonik di sekitar jalur Sesar Lembang kembali menjadi perhatian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas I Bandung. 

‎Lembaga tersebut memprediksi adanya potensi gempa bumi dengan kekuatan maksimum mencapai magnitudo 5,5 yang dapat terjadi di kawasan Kabupaten Bandung Barat dan sekitarnya.

‎Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa prediksi tersebut berdasarkan hasil pemantauan dan kajian terbaru mengenai aktivitas kegempaan di sepanjang garis patahan. 

‎Seperti dikutip infokbb.id dari Antara, Dari hasil analisis itu, diketahui bahwa hanya terdapat dua segmen sesar aktif sepanjang kurang lebih 10 kilometer yang berpotensi menimbulkan getaran kuat.

‎“Segmen Cimeta dan Cipogor saat ini menjadi bagian paling aktif dari Sesar Lembang. Kedua segmen tersebut berada di sisi barat dan melintasi kawasan Ngamprah serta Cisarua di Kabupaten Bandung Barat,” ungkap Teguh dalam keterangan resmi di Bandung, Rabu (15/10/2025).



‎Ia menambahkan, dari kajian yang dilakukan, guncangan maksimum yang mungkin timbul berada pada kisaran intensitas V–VI MMI, yaitu getaran yang dirasakan secara nyata oleh seluruh warga dan berpotensi menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang di bangunan yang tidak memenuhi standar tahan gempa.

‎“Dalam skala intensitas itu, biasanya semua orang akan terkejut dan berlari keluar rumah, dinding bangunan bisa retak, plesteran jatuh, bahkan cerobong asap di pabrik atau bangunan tinggi bisa rusak,” jelasnya.

‎Selain dua segmen tersebut, BMKG mencatat bahwa Sesar Lembang memiliki total panjang sekitar 29 kilometer yang membentang melewati wilayah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, hingga berakhir di Kabupaten Sumedang.

‎ Jalur sesar ini meliputi enam segmen utama yaitu Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng.

‎“Dari enam segmen tersebut, tidak semuanya aktif dalam waktu bersamaan. Aktivitas kegempaan saat ini paling menonjol di segmen Cimeta dan Cipogor, sementara segmen lain relatif lebih tenang,” terang Teguh.

‎Menurutnya, meski kekuatan gempa yang mungkin terjadi tidak termasuk kategori besar, masyarakat tetap harus waspada dan memahami langkah-langkah kesiapsiagaan bencana.

‎Ia menegaskan pentingnya memastikan struktur bangunan tahan terhadap guncangan, terutama bagi warga yang tinggal di sekitar jalur Sesar Lembang.

‎BMKG juga mengimbau masyarakat untuk menyiapkan tas siaga bencana berisi kebutuhan dasar seperti obat-obatan, dokumen penting, makanan ringan, air minum, dan alat penerangan. Edukasi mengenai cara menyelamatkan diri saat terjadi gempa juga dinilai penting dilakukan sejak dini, baik melalui sekolah, komunitas, maupun keluarga.

‎“Mitigasi bencana harus terus diperkuat. Tidak hanya dari sisi struktural seperti memperkuat bangunan, tetapi juga dari sisi kultural, yakni bagaimana masyarakat sadar dan tahu apa yang harus dilakukan saat gempa terjadi,” tutur Teguh.

‎Selain itu, BMKG menilai pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, dan masyarakat dalam upaya membangun budaya tangguh bencana. 

‎Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu meminimalkan risiko kerugian baik secara material maupun korban jiwa jika terjadi aktivitas gempa di masa mendatang.

‎Sebagai tambahan informasi, Sesar Lembang dikenal sebagai salah satu patahan aktif di Jawa Barat yang terbentuk akibat pergerakan kerak bumi bagian selatan. 

‎Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah ini kerap menunjukkan peningkatan aktivitas mikro-seismik yang memerlukan pemantauan intensif dari BMKG.

‎“Kami terus melakukan observasi dan memperbarui data aktivitas sesar. Masyarakat tidak perlu cemas berlebihan, namun tetap perlu memiliki kesadaran mitigasi karena gempa bisa terjadi kapan saja,” tutup Teguh.

‎Dengan adanya peringatan ini, BMKG berharap warga di wilayah Bandung Raya dapat lebih siap menghadapi potensi gempa, serta memahami bahwa kesiapsiagaan merupakan kunci utama dalam mengurangi dampak bencana alam.***