Entertainment

Wajib Coba! Wajit Cililin, Manisnya Ingatkan Masa Lalu.

Azis - Tuesday, 22 July 2025 | 02:09 PM

Background
Wajib Coba! Wajit Cililin, Manisnya Ingatkan Masa Lalu.

 

INFOKBB.ID - Bandung itu memang kota sejuta pesona, ya kan? Nggak cuma soal fashion kekinian yang tiap minggu ada tren baru, atau coffee shop-coffee shop kece yang selalu hits di Instagram dan bikin kita betah berlama-lama. Lebih dari itu, ada satu hal lagi yang bikin Bandung itu ngangenin sampai ke lidah kita, sampai bikin memori kita balik lagi ke masa lalu. Pernah denger nama Wajit Cililin? Kalau belum, siap-siap kenalan sama si manis legendaris dari Bandung Barat ini yang rasanya tuh nggak kaleng-kaleng, beneran otentik sampai ke ubun-ubun, dan dijamin bikin nagih!

Buat lo yang mungkin belum familiar, Wajit itu bukan sekadar kue basah biasa, gengs. Ini tuh penganan tradisional yang bahan dasarnya simpel banget tapi powerful: beras ketan, gula aren asli, sama santan kelapa kental. Penampakannya? Mirip dodol, tapi ada bedanya. Teksturnya sedikit lebih padat dan berserat, karena sensasi beras ketannya masih terasa legit, nggak hancur total kayak dodol pada umumnya. Warnanya cokelat gelap nan menggoda, sering dibungkus pakai daun jagung kering yang khas atau plastik kecil-kecil yang rapi. Begitu digigit, pecah deh rasa manis legit gula arennya yang hangat, bercampur gurih santan yang kental, dan kenyal pulen dari ketannya. Aduh, auto-bayangin kan sensasinya gimana di lidah? Pokoknya, ini surga dunia buat pecinta manis!

Nah, mungkin ada yang nanya, kenapa harus 'Cililin'? Kenapa nggak Wajit Bandung aja, misalnya? Ternyata, predikat 'Cililin' ini bukan cuma sekadar penanda asal, tapi juga semacam cap kualitas dan identitas yang kuat yang udah melekat selama bergenerasi. Cililin itu sendiri nama sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Daerahnya adem banget, hawanya sejuk khas pegunungan, dan tanahnya subur, khususnya buat perkebunan kelapa dan aren. Konon, kombinasi unik dari udara sejuk, kualitas air yang bagus, dan kualitas bahan baku yang tumbuh di sana, terutama kelapa dan gula arennya, bikin cita rasa Wajit Cililin itu jadi beda, punya karakter yang kuat dan nggak bisa ditiru sembarangan di tempat lain. Ini bukan cuma teori gue doang, tapi memang dipercaya banget secara turun-temurun oleh para pembuat Wajit di sana. Jadi, ada sentuhan geografis dan kultural yang bikin Wajit Cililin itu otentik.

Yang bikin gue salut, di tengah gempuran pabrikan makanan instan atau snack impor yang makin merajalela dengan berbagai rupa dan rasa, Wajit Cililin ini masih diproduksi secara tradisional. Prosesnya itu nggak main-main, lho, butuh kesabaran ekstra dan tenaga prima. Dimulai dari beras ketan pilihan yang dicuci bersih, direndam, lalu dikukus sampai matang sempurna. Nah, sambil nunggu ketannya, para ibu-ibu (atau bapak-bapak tangguh) di dapur sudah sibuk mengolah santan kental dan gula aren. Gula arennya itu direbus sampai larut dan mengental, lalu dicampur santan, dan dimasak di wajan besar yang ukurannya kadang jumbo banget. Ini bagian paling krusial: proses pengadukan.

Ketan yang sudah matang dimasukkan ke dalam adonan gula dan santan, lalu diaduk tanpa henti di atas api kecil. Bayangin, diaduk terus-menerus selama berjam-jam! Bukan cuma butuh tenaga kuda dan lengan berotot, tapi juga kesabaran dan feeling yang pas banget biar adonan nggak gosong atau lengket. Dari sinilah, aroma wangi gula aren dan kelapa mulai semerbak ke seluruh penjuru rumah, bikin perut keroncongan duluan dan bawaannya pengen nyomot. Pengadukan yang konsisten ini penting banget buat dapetin tekstur Wajit yang pas: legit, tidak lengket di tangan, dan bisa bertahan lama tanpa pengawet. Kelihatan remeh, tapi ini tuh udah masuk kategori seni, bro dan sis!

Makanya, Wajit Cililin ini bukan cuma soal rasa manis di lidah. Ada 'roh' di dalamnya, ada cerita dan filosofi. Dia itu semacam duta kuliner Sunda yang udah eksis sejak lama dan jadi bagian dari sejarah kita. Dari jaman nenek moyang kita, Wajit ini sering banget jadi hidangan wajib saat hajatan besar, momen Lebaran yang penuh kehangatan, atau sekadar suguhan istimewa buat tamu yang datang berkunjung. Bahkan sampai sekarang, kalau mampir ke toko oleh-oleh di Bandung atau lewat di daerah Cililin, Wajit ini selalu ada, nangkring manis di etalase, siap buat dibawa pulang jadi buah tangan. Buat generasi yang lahir di tahun 90-an ke bawah, Wajit Cililin ini mungkin jadi salah satu camilan yang lekat banget dengan memori masa kecil, waktu Lebaran di kampung nenek, atau pas diajak liburan ke Puncak atau Lembang. Vibes-nya dapet banget, bikin nostalgia dan bawa perasaan!

Di era serba cepat kayak sekarang, pertanyaan besarnya, gimana Wajit Cililin ini bisa bertahan dan terus diminati? Persaingan dari snack-snack kekinian yang kemasannya lebih menarik dan promosinya gila-gilaan itu kan berat banget, ya. Anak-anak muda sekarang mungkin lebih tertarik sama boba, croissant viral, atau Korean street food daripada Wajit yang terkesan 'jadul'. Tapi, justru di situlah letak keunikan dan kekuatannya. Wajit Cililin itu punya pasarnya sendiri, segmennya udah jelas: mereka yang mencari keotentikan, kangen rasa masa lalu, atau wisatawan yang pengen nyicipin kuliner lokal yang nggak ada di tempat lain. Semacam comfort food yang nggak ada matinya.

Beruntungnya, beberapa produsen Wajit di Cililin juga sudah mulai berbenah, lho. Ada yang coba bikin packaging yang lebih modern dan kekinian tapi tetap mempertahankan kualitas rasa dan proses tradisionalnya. Ada juga yang aktif promosi di media sosial, mengenalkan lagi Wajit ini ke generasi milenial dan Gen Z dengan narasi yang lebih relevan. Ini penting banget, biar Wajit Cililin nggak cuma jadi cerita kuno di buku sejarah atau warisan yang cuma dikenal kalangan tertentu. Ini tentang melestarikan budaya dan rasa, sekaligus membuka peluang pasar baru. Kita sebagai penikmat juga punya peran, lho, salah satunya dengan terus membeli dan mengenalkan Wajit ini ke teman atau keluarga kita.

Menurut gue pribadi, Wajit Cililin ini adalah representasi dari kearifan lokal yang patut kita apresiasi dan lestarikan bersama. Di balik kesederhanaannya, tersimpan filosofi tentang kesabaran, keuletan, dan kebersamaan para pembuatnya. Rasanya yang manis legit itu bukan cuma bikin kenyang, tapi juga bikin hati adem, semacam 'healing' buat jiwa yang penat. Selalu bisa diandalkan saat kita butuh sentuhan nostalgia atau sekadar pengen nyantai sore sambil ditemenin teh hangat. Jadi, kalau lo lagi main ke Bandung Barat, atau pas lewat jalan menuju ke sana, jangan lupa mampir dan bawa pulang sekantong Wajit Cililin. Rasakan sendiri sensasi manis otentik yang bikin nagih ini. Dijamin, lo bakal setuju kalau Wajit Cililin ini memang benar-benar si manis legendaris yang nggak lekang oleh waktu, dan worth it banget buat jadi oleh-oleh wajib dari Bandung yang patut dibanggakan. ***