Beda Hiking dan Trekking: Jangan Salah Istilah Lagi!
Selvi - Tuesday, 07 October 2025 | 04:31 PM


INFOKBB.ID - Pernah nggak sih lagi asyik ngopi cantik sambil scroll IG, terus tiba-tiba ada temen nge-tag foto dia lagi di gunung? Captionnya: "Done hiking today!" Padahal, jalur yang dia lewatin itu udah mirip mau ke Mordor, lengkap dengan tanjakan maut dan bebatuan segede gaban. Atau sebaliknya, ada yang bilang "treking santai di bukit belakang rumah," padahal cuma jalan kaki sebentar di jalan setapak yang mulus? Duh, kadang bikin pusing tujuh keliling ya, istilah-istilah ini suka ketuker-tuker kayak sendal jepit di masjid.
Padahal, bro, di dunia persilatan alam bebas ini, ada lho perbedaan signifikan antara hiking dan trekking. Nggak cuma soal beda nama, tapi juga beda rasa, beda persiapan, beda tantangan, dan pastinya beda cerita yang bisa kamu bawa pulang. Biar nggak salah kaprah dan ujung-ujungnya bikin temen-temen kamu garuk-garuk kepala, mari kita bedah satu per satu biar kamu makin paham dan nggak salah gaul!
Mengupas Tuntas: Apa Itu Hiking?
Oke, kita mulai dari yang paling familiar dulu: Hiking. Gampangnya gini, hiking itu ibaratnya jalan-jalan cantik di alam terbuka, semacam versi upgrade dari jalan pagi di komplek. Durasi umumnya lebih pendek, bisa cuma beberapa jam, setengah hari, atau paling pol ya day trip alias pulang-pergi di hari yang sama. Kamu nggak perlu mikirin mau tidur di mana atau makan apa besok, karena ya memang niatnya cuma seharian.
Medan yang dilalui juga cenderung lebih bersahabat. Biasanya sih jalur yang udah ada dan terawat dengan baik, nggak terlalu terjal, dan minim rintangan ekstrem. Jadi, kamu nggak bakal nemu jurang menganga atau harus merayap di tebing terjal kayak di film-film petualangan. Think of it like a refreshing walk in a national park with designated trails, maybe some gentle inclines, dan pemandangan yang memanjakan mata.
Peralatan yang dibawa juga lebih minimalis. Cukup sepatu yang nyaman (nggak harus boots tempur yang berat), pakaian yang nyerap keringat, topi, kacamata hitam, air minum secukupnya, dan mungkin bekal ringan kayak sandwich atau roti. Simpel, kan? Tujuannya lebih ke rekreasi, menikmati pemandangan, cari udara segar, atau sekadar olahraga ringan sambil ngobrol sama temen. Contoh paling gampang? Nanjak ke Gunung Bromo lewat jalur yang udah biasa, menyusuri lembah-lembah di kawasan Puncak Bogor yang memang ada treknya, atau bahkan cuma keliling kebun teh yang ada tanjakan-tanjakan kecil. Santai tapi tetap sehat!
Naik Level: Apa Itu Trekking?
Nah, kalau Trekking, ini baru beda kasta, gaes. Kalau hiking itu pacaran kilat, trekking itu udah siap nikah dan bangun rumah tangga di gunung. Ini bukan lagi sekadar jalan-jalan sore, tapi udah semi-ekspedisi yang butuh komitmen lebih. Durasi trekking itu nggak main-main, bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan sebulan penuh di alam liar. Ini yang bikin dia beda banget sama hiking.
Medannya? Jangan ditanya! Ini baru beneran challenging. Jalur-jalur yang dilewati seringkali belum terjamah, terjalnya minta ampun, berlumpur, berbatu, menyeberangi sungai, atau bahkan melewati hutan belantara yang minim tanda. Intinya, kamu harus siap mental dan fisik buat ngadepin segala kejutan alam. Mulai dari perubahan cuaca yang ekstrem, hewan liar, sampai harus tidur beratapkan bintang dan tanah.
Peralatan yang dibawa juga jauh lebih komplit dan spesifik. Ransel yang kamu bawa itu biasanya ukuran jumbo, isinya tenda, sleeping bag, matras, alat masak, logistik makanan untuk beberapa hari (bahkan berminggu-minggu), P3K lengkap, headlamp, alat navigasi (GPS, peta, kompas), sampai trekking pole untuk membantu menopang tubuh di medan sulit. Bahkan, seringkali kalau trekking di medan yang sangat ekstrem atau durasi yang sangat panjang, butuh bantuan porter atau guide lokal untuk membawa barang atau menunjukkan jalan. Ini bukan lagi soal rekreasi santai, tapi lebih ke petualangan, menaklukkan diri sendiri, dan menyatu dengan alam dalam jangka waktu yang cukup lama.
Tujuannya? Selain petualangan, juga untuk eksplorasi, penjelajahan, atau bahkan pendakian gunung-gunung tinggi yang butuh aklimatisasi. Contoh paling gampang ya pendakian ke Rinjani yang butuh 2-3 hari, atau ke Semeru, apalagi kalau udah ngomongin Annapurna Base Camp di Nepal yang bisa makan waktu seminggu lebih. Pokoknya, pulang dari trekking, kamu bisa punya seabrek cerita heroik yang bisa kamu banggakan.
Jadi, Apa Sih Intinya Bedanya?
Biar lebih jelas, ini rangkuman perbedaan utama antara hiking dan trekking:
- Durasi: Hiking biasanya hitungan jam sampai seharian (day trip). Trekking bisa berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan lebih.
- Medan: Hiking umumnya di jalur yang terawat, relatif mudah, dan nggak terlalu ekstrem. Trekking justru di jalur yang menantang, belum terjamah, terjal, berlumpur, dan penuh rintangan alam.
- Peralatan: Hiking cukup minimalis (air, bekal, pakaian nyaman). Trekking butuh peralatan lengkap dan spesifik (tenda, sleeping bag, logistik, navigasi, dll.).
- Tujuan: Hiking lebih ke rekreasi, olahraga ringan, dan menikmati pemandangan. Trekking lebih ke petualangan, eksplorasi, penjelajahan, dan menaklukkan diri sendiri.
- Logistik & Persiapan: Hiking cenderung lebih spontan dan gampang direncanakan. Trekking butuh persiapan yang matang, detail, dan seringkali membutuhkan waktu yang panjang.
Opini Pribadi dan Sedikit Saran
Tapi gini lho, gaes. Meskipun ada perbedaan yang cukup jelas, ujung-ujungnya esensi keduanya sama: sama-sama menikmati keindahan alam dan keluar dari rutinitas. Nggak perlu saling nge-judge, "ah itu mah cuma hiking, belum level trekking!" atau sebaliknya. Toh, setiap orang punya preferensinya sendiri, level fisik yang berbeda, dan tujuan yang nggak selalu sama. Ada yang suka yang ringan dan santai, ada juga yang doyan banget tantangan ekstrem. Keduanya sama-sama valid dan punya penggemarnya masing-masing.
Yang penting adalah keselamatan dan persiapan yang matang sesuai dengan aktivitas yang dipilih. Mau hiking di bukit belakang rumah atau trekking ke Himalaya, selalu pastikan kamu tahu medan, bawa peralatan yang memadai, dan jangan lupa sampah dibawa pulang! Prinsip "leave no trace" itu wajib hukumnya biar alam tetap lestari dan bisa dinikmati anak cucu kita.
Gue pribadi sih kadang suka keduanya, tergantung mood dan waktu luang. Kadang pengen yang santai sambil ngopi di pinggir danau dengan pemandangan cakep, kadang juga pengen nyobain sensasi mandi keringat berhari-hari di hutan belantara yang minim sinyal. Intinya, kedua aktivitas ini sama-sama bikin nagih dan bikin kita makin sadar betapa kecilnya kita di hadapan alam semesta yang maha luas ini. Apalagi kalau berhasil menaklukkan puncak atau menyelesaikan jalur yang panjang, rasa puasnya itu lho, nggak bisa dibayar pakai uang!
Jadi, sekarang udah paham kan bedanya? Nggak ada lagi dong cerita salah kaprah dan bikin temen garuk-garuk kepala karena kamu bilang "treking ke Puncak" padahal cuma ke taman kota yang ada tanjakan sedikit. Intinya, baik hiking maupun trekking, keduanya menawarkan pengalaman yang tak terlupakan dan cara yang ampuh buat refreshing dari hiruk pikuk kota. Yang penting, hargai alam, nikmati setiap langkah, dan selalu pulang dengan cerita seru, bukan cerita horor karena salah persiapan! Selamat menjelajah, gaes!***
Next News

Lirik Lagu Alamak Rizky Febian & Adrian Khalif: Jika Ada 9 Nyawa, Mau Samamu Saja
2 days ago

Weekend di Bandung? 10 Tempat Ramah Anak Ini Wajib Dicoba!
8 days ago

Jawa Barat: Paket Komplit Healing dengan Pantai Terbaiknya
10 days ago

Hidden Gem Ciwidey: Oase Tenang di Villa Bobo Cabin
15 days ago

Sisi Lain Bandung: Petualangan Trekking Anti-Mainstream
15 days ago

Surat Cinta KDM untuk Kokom Viral, Aksi Iyep dengan Minyak Wangi Banjir Komentar Warganet
a month ago

Asmara Gen Z Episode 285: Misteri Kedatangan Ken
a month ago

Asmara Gen Z Episode 280: Perseteruan 9 Ilmu dan Anak Tirta Kembali Pecah
a month ago

Asmara Gen Z Episode 278: Kekhawatiran Aqila dan Perburuan Axel
a month ago

Gen Z Merapat! AsmaraGenZ: Tontonan yang Ngertiin Kamu!
a month ago