Entertainment

Lagu Anak: Lebih dari Sekadar Nada, Pengingat Masa Kecil

Selvi - Friday, 25 July 2025 | 12:14 PM

Background
Lagu Anak: Lebih dari Sekadar Nada, Pengingat Masa Kecil

 

INFOKBB.ID Siapa di sini yang masa kecilnya ditemani “Balonku Ada Lima”, “Cicak-Cicak di Dinding”, atau “Naik Delman”? Angkat tangan! Rasanya, melodi-melodi sederhana itu bukan cuma sekadar irama yang lewat di telinga, tapi sudah mendarah daging, jadi soundtrack abadi yang menemani kita tumbuh, belajar, dan berimajinasi. Lagu anak-anak, entah bagaimana, punya daya magisnya sendiri. Mereka adalah jembatan pertama kita mengenal dunia lewat lirik dan nada yang ramah.

Dulu, lagu anak-anak itu seperti teman sejati. Ada lagu untuk bangun pagi, lagu tentang hewan, lagu tentang pergi ke sekolah, sampai lagu tentang budi pekerti. Semuanya disajikan dengan bahasa yang lugas, melodi yang mudah diingat, dan pesan yang tulus. Bukan cuma jadi hiburan pasif, tapi juga medium edukasi yang bikin anak-anak nggak sadar kalau lagi belajar. Bukankah itu keren sekali?

Ketika Kidung Itu Bersinar Terang

Mari kita menengok sebentar ke era keemasan lagu anak-anak di Indonesia. Kita punya para maestro seperti Pak Kasur, Ibu Sud, dan A.T. Mahmud. Nama-nama ini bukan cuma sekadar komposer, tapi pahlawan tanpa tanda jasa yang membentuk karakter ribuan anak Indonesia lewat karya-karya mereka. "Burung Kakak Tua," "Tik Tik Bunyi Hujan," "Pelangi," dan seabrek lagu lainnya. Lirik-liriknya sederhana tapi penuh makna. Mengajarkan sopan santun, mencintai alam, bersyukur, sampai mengenal angka dan huruf.

Karya-karya mereka itu nggak kaleng-kaleng. Musiknya dirancang agar mudah diikuti anak-anak, baik dari segi melodi maupun lirik. Nggak heran kalau lagu-lagu itu awet sampai sekarang, bahkan orang tua sering menyanyikannya untuk cucu-cucu mereka. Ini bukti bahwa lagu anak-anak berkualitas itu punya daya tahan yang luar biasa. Itu bukan cuma sekadar melodi, tapi kurikulum mini yang menyenangkan.

Sinar yang Meredup: Realita Pahit di Era Sekarang

Tapi, entah kapan persisnya, rasanya lagu anak itu perlahan tenggelam. Pelan-pelan, tapi pasti, eksistensinya tergerus, tergantikan oleh banjir bandang lagu-lagu pop dewasa. Anak-anak sekarang, bahkan yang balita sekalipun, lebih akrab dengan lirik patah hati, lagu cinta-cintaan, atau bahkan melodi disko yang diputar orang tua mereka di mobil atau di pesta.

Ironisnya, di era digital di mana informasi dan konten begitu melimpah, produksi lagu anak-anak berkualitas justru semakin langka. Dulu, televisi adalah corong utama lagu anak. Ada acara musik khusus anak, ada iklan dengan jingle anak-anak yang catchy. Sekarang? Coba hitung berapa banyak acara TV khusus lagu anak yang masih tayang? Rasanya bisa dihitung jari, bahkan mungkin nggak ada sama sekali di saluran-saluran mainstream. Ini adalah PR besar bagi kita semua.

Ada beberapa faktor kenapa ini terjadi. Pertama, mungkin industri musik menganggap pasar lagu anak kurang menggiurkan. Produser dan label lebih memilih fokus pada artis pop yang potensi pasarnya lebih besar. Kedua, regenerasi pencipta lagu anak yang andal juga terasa kurang. Para maestro sudah tiada, dan sedikit sekali talenta baru yang secara spesifik fokus di genre ini. Ketiga, dan ini paling krusial, adalah peran orang tua dan lingkungan. Banyak orang tua yang tanpa sadar memaparkan anak-anak mereka pada musik dewasa tanpa filter, karena "kan lagi hits" atau "biar kekinian". Padahal, dampaknya ke perkembangan anak itu bisa bikin melongo.

Mengapa Lagu Anak Itu Penting Banget?

Mungkin ada yang bertanya, "Emang sepenting itu lagu anak-anak?" Jawabannya: Sangat penting! Lebih dari sekadar hiburan, lagu anak adalah laboratorium kecil untuk tumbuh kembang mereka. Lirik-liriknya membantu anak mengembangkan kosa kata dan kemampuan berbahasa. Melodi dan ritmenya melatih koordinasi motorik kasar dan halus saat mereka menari atau bergerak mengikutinya. Pesan moral di dalamnya adalah pondasi karakter dan empati.

Bayangkan, anak-anak yang terbiasa mendengar lirik positif tentang persahabatan, kejujuran, atau kebersihan, tentu akan berbeda dengan anak yang sejak dini dicekoki lirik galau atau bahkan eksplisit yang belum sesuai dengan usianya. Lagu anak itu kan ibarat nutrisi untuk jiwa dan pikiran mereka. Kalau nutrisinya salah, bagaimana bisa tumbuh sehat?

Selain itu, lagu anak juga berperan dalam membentuk identitas budaya. Lagu-lagu daerah yang diaransemen untuk anak, atau lagu-lagu yang menceritakan keindahan alam dan keragaman Indonesia, bisa jadi jembatan untuk memperkenalkan warisan budaya sejak dini. Kalau yang ada cuma "Baby Shark" (bukan berarti buruk, tapi itu bukan karya lokal kita), tentu anak-anak kita jadi kurang mengenal kekayaan budaya sendiri.

Masa Depan Kidung Masa Kecil: Tanggung Jawab Kita Bersama

Lalu, apakah ini berarti kita harus pasrah? Tentu tidak! Masih ada secercah harapan. Di era digital ini, meskipun jadi penyebab, juga bisa jadi solusi. Banyak kreator independen yang mulai aktif membuat konten lagu anak di YouTube atau platform streaming lainnya. Beberapa bahkan sangat kreatif dan punya kualitas video yang menarik. Ini menunjukkan bahwa potensi pasar dan minat itu sebenarnya ada, tinggal bagaimana kita sebagai orang tua, seniman, dan pemerintah bisa "gerak cepat" untuk mendukung dan mengembangkan ekosistem ini.

Pemerintah, misalnya, bisa memberikan insentif atau program khusus untuk para pencipta lagu anak. Stasiun televisi bisa menyediakan slot waktu khusus untuk program anak yang edukatif dan ada musiknya. Dan yang paling penting, kita sebagai orang tua, punya peran krusial. Mari kita aktif mengenalkan lagu anak-anak klasik pada buah hati kita. Cari tahu lagu anak-anak baru yang berkualitas. Jangan malas memfilter apa yang didengar oleh anak-anak kita. Mengisi memori mereka dengan melodi dan lirik yang baik adalah investasi masa depan yang nggak ternilai harganya.

Mari kita kembalikan lagi keceriaan dan nilai edukatif yang dibawa oleh lagu anak-anak. Jangan biarkan kidung masa kecil itu hanya jadi kenangan manis yang hanya bisa kita nyanyikan sendiri. Saatnya kita bahu-membahu menciptakan kembali era keemasan lagu anak-anak, agar generasi penerus kita juga punya soundtrack masa kecil yang penuh makna, ceria, dan mendidik. Lagu anak bukan cuma nostalgia, tapi jembatan emas menuju masa depan yang lebih baik untuk anak-anak Indonesia.***