Entertainment

Keajaiban Kebun Binatang Bandung: Lebih dari Sekadar Rekreasi

Selvi - Tuesday, 05 August 2025 | 09:54 AM

Background
Keajaiban Kebun Binatang Bandung: Lebih dari Sekadar Rekreasi

 

INFOKBB.ID - Dengar kata "kebun binatang", apa yang langsung terlintas di benak? Mungkin bau khas kandang, suara lengkingan satwa, atau mungkin keramaian pengunjung yang tumplek blek di akhir pekan. Bagi banyak orang, kebun binatang adalah mesin waktu yang membawa kita kembali ke masa kanak-kanak, saat dunia terasa begitu ajaib dan setiap hewan adalah penemuan baru. Di Bandung, kita punya ikon yang tak kalah legendaris: Kebun Binatang Bandung (KBB). Bukan sekadar tempat rekreasi biasa, KBB ini adalah kanvas besar yang melukiskan perjalanan panjang kota, sekaligus cermin dari berbagai isu yang tak henti membayangi.

KBB ini, yang sering kita sebut Kebon Binatang, sudah berdiri tegak sejak zaman baheula, tepatnya 1933. Bayangkan, usianya sudah lebih dari sembilan puluh tahun! Generasi kakek-nenek, orang tua kita, sampai kita sendiri mungkin punya memori di sana. Dulu, rasanya kunjungan ke KBB itu kayak ritual wajib kalau liburan sekolah. Sensasi pertama kali melihat gajah sebesar rumah, monyet-monyet yang cekatan bergelantungan, atau harimau yang gagah perkasa di balik jeruji besi, rasanya bikin mata berbinar-binar. Ada bau tanah basah bercampur aroma khas satwa yang langsung nyerep ke hidung, teriakan anak-anak yang kegirangan, dan pedagang asongan yang menjajakan es potong atau balon karakter kartun. Ah, rasanya sulit melupakan momen-momen itu, bukan?

KBB bukan cuma sekadar deretan kandang. Ia adalah saksi bisu berapa banyak janji temu pertama yang berakhir manis, berapa banyak piknik keluarga yang berujung tawa, atau berapa banyak pelajaran biologi langsung yang didapat siswa. Di sana, kita belajar tentang keanekaragaman hayati secara langsung, melihat hewan-hewan yang selama ini cuma kita lihat di buku pelajaran atau layar televisi. KBB adalah lembar sejarah hidup banyak warga Bandung dan sekitarnya, sebuah titik kumpul yang tak lekang dimakan zaman.

Namun, di balik selimut nostalgia itu, KBB juga bukan tempat yang bebas dari sorotan. Jujur saja, dalam beberapa tahun terakhir, nama KBB sering disebut-sebut bukan karena prestasinya, melainkan karena berbagai kontroversi. Mulai dari kondisi satwa yang memprihatinkan, fasilitas yang terlihat kurang terawat, sampai isu-isu manajemen yang bikin geleng-geleng kepala. Siapa yang tidak ingat kasus beruang madu yang kurus kering itu? Atau kritik pedas dari berbagai lembaga perlindungan satwa?

Kadang, saat berjalan-jalan di sana, hati kecil ini bertanya-tanya, apakah satwa-satwa ini benar-benar bahagia di sini? Lingkungan kandang yang mungkin terlalu kecil, atau terlihat kurang bervariasi, kadang membuat kita sedikit miris. Bangunan-bangunan lama yang mulai kusam, rumput yang tak sehijau di taman kota, atau papan informasi yang sudah buram, seolah menggambarkan bahwa KBB ini sedang berjuang keras untuk bertahan. Ini jadi PR besar, sih, mengingat potensinya yang luar biasa sebagai edukasi dan konservasi.

Terlepas dari segala kerumitan itu, daya tarik utama KBB tentu saja tetap para penghuninya. Dari jerapah yang menjulang tinggi, kancil yang lincah, sampai koleksi unggas eksotis dengan bulu warna-warni, mereka tetap menjadi bintang utama. Melihat singa yang malas-malasan di siang bolong, atau gajah yang dengan sabar menanti disuapi wortel oleh pengunjung, selalu ada momen unik yang bisa kita tangkap. Bahkan, kadang tingkah polah monyet yang usil bisa jadi hiburan tersendiri yang bikin kita lupa sejenak dengan hiruk pikuk di luar sana.

Meskipun sering dihujat karena kondisi, KBB tetap punya peran krusial dalam memperkenalkan berbagai jenis satwa kepada masyarakat, terutama anak-anak. Banyak dari kita yang mungkin baru pertama kali melihat langsung buaya, harimau, atau berbagai jenis burung langka ya di sini. Peran edukasi ini tak bisa diremehkan. Bayangkan jika KBB tidak ada, mungkin banyak anak-anak kota yang hanya mengenal satwa dari buku atau film dokumenter, tanpa pernah merasakan sensasi dekat dengan mereka, mencium aroma tubuh mereka (meskipun kadang tak sedap, hehe), atau mendengar langsung suara khas mereka.

Di akhir pekan, KBB selalu ramai bak pasar. Keluarga-keluarga dengan tikar piknik, rombongan anak sekolah yang riuh rendah, atau pasangan muda yang mencari spot romantis (meskipun di tengah keramaian) adalah pemandangan lazim. Ada yang sibuk memotret, ada yang asyik memberi makan hewan (meskipun ada larangannya!), dan ada pula yang sekadar duduk-duduk di bawah pohon rindang, menikmati semilir angin dan suasana. Pengalaman berkunjung ke KBB memang selalu campur aduk: ada rasa senang melihat satwa, tapi ada juga sedikit kegelisahan soal kesejahteraan mereka.

Para pedagang makanan berjejer menjajakan bakso tahu, cimol, sampai pop ice. Area bermain anak yang sederhana pun tak pernah sepi. Ini adalah potret utuh sebuah tempat rekreasi publik di Indonesia: ramai, sedikit semrawut, tapi penuh kehidupan dan interaksi manusia. Kebun Binatang Bandung, dengan segala kekurangannya, tetap menjadi magnet bagi banyak orang yang ingin lari sejenak dari rutinitas kota, mencari hiburan yang relatif terjangkau, dan mungkin, sedikit kembali ke masa lalu.

Lalu, bagaimana masa depan Kebun Binatang Bandung? Ini adalah pertanyaan besar yang butuh jawaban dan aksi nyata. Dengan sejarah yang panjang dan potensi edukasi yang begitu besar, KBB sebetulnya bisa menjadi pusat konservasi dan rekreasi yang membanggakan. Tentu saja, butuh komitmen besar dari pengelola, dukungan pemerintah, dan kesadaran masyarakat. Perbaikan fasilitas, peningkatan kesejahteraan satwa, program edukasi yang lebih interaktif, dan penataan manajemen yang lebih profesional adalah PR yang harus segera digarap.

Sebagai warga Bandung, kita berharap KBB tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang menjadi lebih baik. Bukan lagi hanya jadi tempat nostalgia yang diiringi kritik, melainkan benar-benar menjelma menjadi suaka satwa yang layak, tempat edukasi yang inspiratif, dan destinasi wisata yang membanggakan. Semoga saja, cerita-cerita tentang satwa yang sehat dan terawat, serta fasilitas yang mumpuni, akan lebih banyak lagi bertebaran dari Kebun Binatang Bandung di masa mendatang. Karena bagaimanapun, KBB adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi Kota Kembang, dan layak mendapatkan yang terbaik.***