Jangan Kaget! Platform Digital "Bersih-Bersih"
Selvi - Saturday, 02 August 2025 | 01:31 PM


INFOKBB.ID - Pernah nggak sih, pas lagi asyik scroll-scroll timeline, tiba-tiba muncul berita yang bikin kita auto panik? Misalnya, desas-desus kalau platform digital kesayangan kita mau mulai "bersih-bersih" akun ganda alias multiple accounts. Waduh, langsung deh keringat dingin. Soalnya, siapa sih di antara kita yang nggak punya lebih dari satu akun di berbagai platform? Baik itu Instagram, Twitter, TikTok, sampai ke e-commerce. Rasanya kok sudah jadi semacam "identitas sampingan" yang nggak terpisahkan dari kehidupan digital kita, ya kan?
Isu larangan akun ganda ini memang bukan barang baru, sih. Tapi, tiap kali mencuat, selalu sukses bikin para pengguna internet gelisah. Kenapa begitu? Karena bagi banyak dari kita, punya akun lebih dari satu itu bukan cuma sekadar iseng. Ada banyak cerita dan alasan di baliknya. Ada yang punya akun khusus buat jualan online, akun terpisah buat sharing hobi yang super niche dan nggak mau dicampur sama circle kantor, akun buat nge-fans sama idola K-Pop biar nggak dibilang "alay" sama temen kuliah, atau bahkan akun "ghosting" yang cuma buat mantau tanpa ikut berinteraksi. Pokoknya, multi-akun itu kayak punya kepribadian ganda di dunia maya, dan masing-masing punya fungsinya sendiri.
Kenapa Sih Kita Butuh Akun Lebih dari Satu? Sebuah Investigasi Pribadi
Coba deh kita bedah satu per satu. Misal nih, di Instagram. Akun pertama udah pasti isinya foto liburan, momen bareng keluarga, dan update kegiatan sehari-hari yang sifatnya publik. Nah, ada kalanya kita punya hobi yang lebih "personal," kayak suka foto makro serangga atau rajin review makanan yang aneh-aneh. Kalau disatuin sama akun utama, rasanya kok jadi campur aduk dan kurang estetis, ya? Maka, lahirlah akun kedua, ketiga, dan seterusnya, yang fokus pada minat khusus itu. Ini bukan cuma soal estetika, tapi juga soal kenyamanan berekspresi tanpa harus mikirin pandangan orang lain yang nggak relevan.
Belum lagi di Twitter atau X. Bayangin, kita punya akun utama buat nge-tweet soal politik atau isu sosial, tapi di sisi lain, kita juga butuh tempat buat ngeluhin kerjaan atau fangirling tanpa dicap serius banget. Akun kedua atau 'second account' ini jadi semacam safe space. Tempat kita bisa berekspresi lebih lepas, jadi diri sendiri tanpa filter yang tebal, dan berinteraksi dengan komunitas yang lebih spesifik. Ini penting lho buat kesehatan mental di tengah hiruk-pikuk media sosial yang kadang bikin pusing tujuh keliling.
Dan jangan lupakan para pebisnis online. Mereka pasti punya akun khusus buat jualan, yang isinya katalog produk, testimoni, sampai interaksi dengan pelanggan. Akun ini jelas nggak bisa dicampur sama akun pribadi yang isinya curhat colongan atau update status "lagi gabut". Ini adalah kebutuhan esensial buat mengembangkan usaha di era digital ini. Jadi, kalau akun-akun ini kena sikat, bisa-bisa roda ekonomi digital kita jadi sedikit tersendat.
Alasan Platform Kok Jadi Paranoid Sama Akun Ganda?
Tapi, di sisi lain, platform juga punya alasannya sendiri kenapa isu ini terus bergulir. Mereka bukan tanpa sebab mau nerapin kebijakan semacam ini. Yang paling utama sih, tentu saja soal integritas dan keamanan. Akun ganda seringkali disalahgunakan untuk hal-hal yang kurang etis, bahkan cenderung merugikan. Contoh paling klasik: bot spam. Akun-akun palsu yang dibikin massal buat nyebarin iklan nggak jelas, atau bahkan kampanye hitam yang bisa merusak suasana online.
Selain itu, ada juga isu manipulasi. Dalam konteks voting, giveaway, atau bahkan tren di media sosial, akun ganda sering dipakai buat mendongkrak jumlah secara tidak fair. Bayangin aja, kompetisi yang harusnya jujur jadi diwarnai kecurangan karena ada pihak yang pakai puluhan, bahkan ratusan akun palsu buat menang. Kan jadi nggak seru dan nggak adil, ya?
Dari segi bisnis platform sendiri, akun ganda juga bisa jadi masalah. Sulit memvalidasi identitas pengguna, yang berujung pada data yang kurang akurat. Padahal, data itu emas buat platform dalam menentukan arah pengembangan fitur atau bahkan strategi periklanan. Jadi, mereka juga punya kepentingan untuk memastikan ekosistemnya sehat dan diisi oleh pengguna asli, bukan sekadar 'kloningan' yang nggak jelas juntrungannya.
Deteksi Ala Matrix: Bagaimana Platform Mendeteksi Akun Ganda?
Nah, kalaupun isu ini beneran jadi kenyataan, gimana sih platform bisa tahu kalau kita punya akun ganda? Mereka bukan dukun, tapi teknologi mereka canggihnya minta ampun. Biasanya, mereka ngandelin beberapa indikator. Pertama, alamat IP. Kalau ada beberapa akun yang login dari alamat IP yang sama secara konsisten, itu bisa jadi bendera merah. Kedua, ID perangkat. Setiap handphone atau laptop punya identifikasi unik. Kalau banyak akun sering login dari satu perangkat, bisa jadi dicurigai.
Belum lagi pola perilaku. Algoritma canggih bisa mendeteksi kalau beberapa akun punya pola aktivitas yang mirip, misalnya nge-like postingan yang sama di waktu yang berdekatan, atau follow akun-akun yang sama persis dalam urutan yang identik. Ini semua jadi sinyal buat mereka. Jadi, jangan harap bisa ngibulin sistem canggih itu dengan gampang, ya.
Dilema Modern: Kebebasan Pengguna vs. Ketertiban Platform
Pada akhirnya, isu larangan akun ganda ini adalah sebuah dilema klasik antara kebebasan berekspresi pengguna dan kebutuhan platform untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Di satu sisi, kita sebagai pengguna ingin punya ruang yang fleksibel untuk berbagai identitas dan minat kita di dunia maya. Kita nggak mau cuma jadi satu dimensi saja di hadapan publik digital.
Tapi di sisi lain, platform juga berhak untuk menciptakan ekosistem yang bersih, aman, dan adil bagi semua penggunanya. Mereka punya tanggung jawab untuk meminimalisir penipuan, spam, dan perilaku manipulatif yang merugikan banyak pihak. Ini seperti dua mata pisau: kalau terlalu ketat, pengguna bisa merasa terkekang dan akhirnya kabur. Kalau terlalu longgar, platform bisa jadi sarang bot dan akun palsu yang bikin pengalaman pengguna jadi nggak nyaman.
Semoga saja, jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, ada solusi tengah yang bijak. Mungkin dengan sistem verifikasi yang lebih ketat untuk akun-akun tertentu, atau pengecualian bagi pengguna yang memang memiliki alasan legitimate untuk punya banyak akun. Karena jujur saja, kehilangan akses ke akun "rahasia" kita yang isinya cuma buat ngeluhin hidup atau nge-share meme receh, itu rasanya lebih menyakitkan daripada putus cinta, lho! Semoga aja nasib si Gemini digital ini nggak berakhir digebukin beneran, ya. Kita tunggu saja gimana kebijakan ke depannya. ***
Next News

Waspada! 5 Pemicu Cat Mobil "Kusta" Bikin Harga Anjlok
2 days ago

Anti Ribet! Panduan Lengkap Top Up DANA Cepat & Mudah
3 days ago

iPhone 17 Pro Max dan Samsung Galaxy S25 Ultra Adu Kuat di Pasar Flagship
9 days ago

Bebaskan Memori HP: Saatnya Kurangi Sampah Digital!
9 days ago

Mobil Klasik: Bukan Sekadar Kendaraan, Tapi Koleksi Hati
a month ago

Kenali Sinyal Bahaya Ponsel Sebelum Terlambat!
a month ago

Lupakan Terminator! AI Kini Akrab di Hidupmu
a month ago

Awal Mula Mobil: Bongkar Proses Produksi yang Brutal
a month ago

Fenomena Waktu Cepat: Bukan Cuma Perasaanmu, Ini Faktanya!
a month ago

Panjang Tinja Ini 20 Cm, Ini Fakta Feses Bangsa Viking yang Disebut Harta Karun
a month ago